Kritik Tajam Warga Martubung: Camat Medan Labuhan dan Lurah Dituding Nol Empati Pasca-Banjir Bandang

​MEDAN LABUHAN, 

Bencana banjir yang melanda kawasan Jalan KL Yos Sudarso KM 15, Kelurahan Martubung, Kecamatan Medan Labuhan, pada Rabu dan Kamis pekan lalu menyisakan duka dan kekecewaan mendalam bagi ratusan keluarga terdampak. Bukan hanya kerugian materiil, warga juga melayangkan kritik tajam kepada pimpinan wilayah mereka, menuding Camat Medan Labuhan Khairun Nasyir dan Lurah Martubung Ruslianto absen dan tidak menunjukkan empati sama sekali terhadap musibah yang menimpa warganya.

​Kekecewaan ini disampaikan oleh Zul Mutaqim, salah seorang warga yang rumahnya terendam, saat ditemui pada Jumat (28/11/2025) sekembalinya dari posko penampungan di Masjid Baitul Amal Medan Labuhan. Ia menyatakan bahwa hingga hari ketiga pasca-banjir surut, belum ada satu pun pejabat teras di tingkat kecamatan maupun kelurahan yang turun langsung ke lokasi terdampak.

​“Jangankan bantuan logistik atau sembako, perhatian moral pun tak ada kepada kami warga yang ditimpa musibah banjir ini. Kami di sini berjuang membersihkan lumpur sendiri, mengurus anak-anak di posko seadanya,” kata Zul Mutaqim dengan nada kecewa.

​Ketiadaan Kepedulian dari Ujung Tombak Pemerintah

​Menurut Zul Mutaqim, sikap abai Camat dan Lurah sangat disayangkan. Sebagai ujung tombak pemerintah kota dalam memberikan pelayanan dan respons cepat kepada masyarakat, kedua pejabat tersebut seharusnya menjadi yang terdepan dalam menunjukkan kepedulian.

​“Seharusnya Camat dan Lurah adalah orang pertama yang hadir. Ini adalah bencana, musibah. Tapi sampai sekarang, baik Camat maupun Lurah belum juga turun langsung meninjau dan menanyakan kondisi warga. Kami hanya butuh dukungan moril minimal,” tambahnya.

​Kondisi banjir kali ini dilaporkan cukup parah, di mana air yang menerjang pemukiman tidak hanya sekadar air bah, melainkan bercampur dengan lumpur pekat yang menyulitkan proses pembersihan rumah-rumah warga. Hal ini membuat kehadiran bantuan dan koordinasi dari pemerintah daerah menjadi sangat krusial.

​“Terus terang kami sangat kecewa. Kami ini kan warga Kelurahan Martubung yang sah, tapi saat musibah terjadi, jangankan memberi bantuan, menanyakan kondisi kami saja tidak,” ujar Zul, yang mengaku sudah membersihkan sisa lumpur di rumahnya selama dua hari penuh.

​Kontras dengan Penagihan Retribusi

​Puncak kekecewaan warga tersampaikan saat Zul Mutaqqien membandingkan respons pejabat saat terjadi bencana dan saat penagihan kewajiban warga.

​“Jangan saat jatuh tempo pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) serta retribusi lainnya kami dikejar-kejar dan didatangi sampai ke rumah, tapi giliran warga terkena musibah begini, mereka tak peduli dan terkesan menghilang,” tegasnya.

​Zul dan warga lainnya berharap agar Pemerintah Kota Medan, khususnya Camat dan Lurah, dapat lebih tanggap dan memprioritaskan pelayanan publik serta respons bencana. Kehadiran pemerintah di tengah kesusahan warga dinilai sebagai bukti nyata dari fungsi pejabat sebagai pelayan masyarakat di garda terdepan.

​Para korban banjir saat ini masih mengandalkan bantuan dari relawan lokal, organisasi sosial, serta inisiatif swadaya masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar di posko pengungsian sementara. (tim)

Komentar